fbpx

Waspadalah, Hujan Masih Berlanjut

Budidaya udang di musim hujan

Budidaya udang di musim hujan cukup mengkhawatirkan. Dampak hujan harus diantisipasi.

Budidaya udang tidak bisa serampangan. Pengabaian kondisi lingkungan budidaya yang nyaman dan kesehatan udang, khususnya saat musim penghujan, bisa jadi petaka. Menurut Supito Sumarto, S.Pi., M.Si., perekayasa sekaligus penanggung jawab budidaya udang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah, curah hujan dengan intensitas tinggi cukup mempengaruhi budidaya udang. Kondisi lingkungan yang dipengaruhi di antaranya adalah sainitas atau kadar garam, kadar oksigen, suhu, dan derajat keasaman (pH).

Daftar Isi :

1. Stratifikasi Salinitas

Supito menjelaskan, air hujan yang turun bisa menyebabkan terjadinya stratifikasi atau pelapisan salinitas, yaitu, salinitas tawar di permukaan kolam dan salinitas asin di bagian bawah. Stratifikasi salinitas ini, sambungnya, akan mengganggu siklus pemerataan oksigen. Oksigen terlarut di bagian bawah kolam lebih rendah daripada di bagian permukaan. Kadar oksigen yang rendah menyebabkan udang stres dan menjadi lemah sehingga mudah terkena penyakit. Ciri udang sakit ini tampak dari insangnya yang membengkak.

Turunnya hujan akan mengencerkan semua partikel yang ada di dalam air. Salah satu partikel yang mengalami pengenceran adalah kalsium atau karbonat sehingga alkalinitasnya rendah (asam). Jika alkalinitas sangat turun, ulas Supito, air menjadi bening. “Itu sangat mengganggu plankton untuk tumbuh flok. Karena pengaruh hujan, kadar kalsium yang rendah membuat sulit udang molting (ganti kulit) untuk pengerasan butuh waktu yang lama. Malah, kalau tidak bisa mengeras dia akan mati,” paparnya.

Baca juga: Cara Budidaya Udang Vaname Untuk Pemula yang Telah Terbukti

Air hujan yang cenderung asam juga bisa menurunkan pH. Derajat keasaman yang rendah akan berpengaruh terhadap reaksi kimia, dan biologi, biokimia udang. Si Bongkok yang hidup pada media dengan pH 7,5 – 8, proses biokomianya lebih bagus dan ketahanan tubuhnya tinggi. Supito menambahkan, “Kalau cenderung asam, potensi untuk lemah dan penyakit akan muncul. Teori saya, penyakit ini second effect (efek kedua), saat udang lemah dia baru bisa menyerang.”

Kondisi hujan selama satu minggu tanpa adanya panas matahari mengakibatkan suhu air rendah. Dampaknya, nafsu makan udang pun menurun. Kalau udang stres dan tidak ada asupan nutrisi, penyakit semakin mudah hinggap dan menyebabkan kematian. “Jika hujan terus nggak ada panas sementara suhu di bawah 25°C, itu banyak berisiko karena udang sudah nggak aktif. Makan pun berkurang, sementara patogen meningkat pada suhu-suhu seperti itu,” lanjut dia.

2. Kontrol Anco

Pada saat nafsu makan cenderung turun, menurut Supito, kontrol anco menjadi sangat penting. Tujuannya, agar pemberian pakan tidak berlebihan. Pasalnya, kelebihan pakan membuat air jadi jelek.

Kontrol anco dengan meletakkan pakan sebanyak 1% dari total pemberian pakan untuk udang ukuran 10 gr/ekor. ”Nanti kita cek dua jam, kalau dua jam habis normal. Kalau satu jam habis, berarti pakan ini kurang sehingga kita tambah 10% dari pakan harian. Tapi kita hitung sampai 3 – 4 jam nggak habis, artinya nafsu makan sangat turun sehingga kita bisa menurunkan sampai 10% – 50% tergantung (respon udang). Tapi rata-rata (diturunkan) 20% – 30%,” paparnya.

Supito tidak mempermasalahkan penurunan pakan langsung sebesar 50% jika tidak habis. “Kalau pakannya banyak nggak habis, bisa langsung kita turunkan separuh, nggak masalah. Daripada kita paksakan makan banyak tapi nggak dimakan, sisanya malah membusuk menyebabkan air jadi makin kurang bagus,” tambahnya.

3. Solusi

Masih menurut Supito, untuk mencegah terjadinya perubahan kualitas air akibat pengaruh hujan, pembudidaya perlu melakukan beberapa hal. Pertama, pengadukan dan membuat air selalu bergerak. Kincir sangat membantu proses pengadukan untuk meratakan salinitas, suhu, dan kadar oksigen dalam air. “Pengadukan bisa menaikkan suhu sebesar 0,5° – 1°C. Sementara kita menggunakan kincir long arm atau pedal wheel, kedalaman air jangan tinggi-tinggi, yang ideal adalah 80 cm – 1 m. Kalau terlalu dalam, kincir tidak bisa mengaduk sampai bawah sehingga tidak bisa membuat homogen semua parameter di dalam air,” urainya.

Kedua, tambahkan kapur sebanyak 5 – 10 ppm untuk meningkatkan kadar alkalinitas dalam air. Kalsium diserap melalui kulit udang melalui proses molting sehingga mempercepat proses pengerasan kulit. Selain itu, pengapuran juga berfungsi untuk meningkatkan pH air agar tidak sampai turun di bawah 7,5. Jika telat memberikan kapur, udang menjadi lemas dan mati. “Lebih dari 20%-30% udang yang mati karena curah hujan tinggi, pengapurannya telat, salinitasnya rendah,” imbuhnya .

Ketiga, dampak nafsu makan udang menurun akibat suhu, pembudidaya harus selalu menambahkan multivitamin berupa Vitamin C. Supito menerangkan, “Feed additive (imbuhan pakan) ditambahkan terutama siang hari saat dia mau makan. Penambahan multivitamin supaya udang ada ketahanan tubuh karena suhu yang rendah ‘kan nafsu makannya menurun.